CAMPERNIK Sang Pemantik LIterasi
Campernik
dalam terminologi sunda mengandung arti kecil menarik, mungil cantik, lucu, dan
unik. Kata ini terpilih oleh Tim Literasi SMPN 1 Cihampelas menjadi nama untuk
budaya literasi di sekolah. Alasan terpilihnya kata ini dilihat dari 2 sudut
pandang. Sudut pandang pertama, dari
segi fisik terutama bangunan dan lahan yang tersedia, kondisinya tidak terlalu
mewah dan luas, namun setiap ruang dijaga penataan ruang/kelas semenarik
mungkin sesuai dengan keinginan dan kesepakatan bersama selama tidak lepas dari
koridor kerapihan, keindahan, dan penuh inspirasi Kedua, dari segi prestasi, walaupun lokasi sekolah ini tidak
termasuk ke dalam wilayah perkotaan bahkan cenderung “diskotik”(disisi kota saeutik/ pinggiran kota),
namun prestasi dalam bidang akademik dan ekstrakurikuler sering diraih.
CAMPERNIK merupakan akronim tentang nama
budaya membaca atau gerakan literasi di SMPN 1 Cihampelas dengan kepanjangan Cihampelas Champ Performance for Reading
Entertainment Information and Knowledge, yaitu kegiatan sekolah untuk
membaca informasi hiburan dan pengetahuan. Budaya membaca di sekolah ini tidak
lepas dari kerjasama berbagai pihak dari mulai peserta didik, guru, orangtua
peserta didik, stap tata usaha dan masyarakat sekitar. Peran USAID Prioritas
yang menjadikan SMPN 1 Cihampelas sebagai piloting
project dalam budaya membaca menjadi pioneer
semangat untuk membaca. Sebelum dikeluarkannya Permendikbud No. 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti dengan 3 aspek dalam Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) yang meliputi pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran, sekolah ini
sudah menerapkan membaca surat-surat pendek Al-Qur’an selama 10 menit sebelum
pembelajaran dimulai, membaca senyap 10 menit setelah jam istirahat, membuat
sinopsis dari bacaan tersebut, membuat majalah dinding, dan membaca dalam
pembelajaran per mata pelajaran. Setiap kelas telah tersedia pojok
baca, terdapat taman membaca dan di beberapa tempat nyaman untuk peserta didik
melakukan kegiatan membaca. Display untuk tempat buku menempel di setiap
dinding di depan kelas. Prinsip-prinsip
dasar Program Cihampelas Camp
Performance in Reading Entertainment
Information and Knowledge CAMPERENIK” sebagai berikut :
1.
Parsitipatif:
komunitas sekolah terlibat dalam kegiatan
yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai dengan tanggung jawab dan peran masing-masing.
2.
Berkelanjutan:
seluruh kegiatan harus terencana dan terus menerus dilakukan secara
komprehensif.
Program yang ada dalam CAMPERNIK mengacu
pada desain induk yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS). CAMPERNIK dilaksanakan dalam tiga
tahapan yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Masing-masing tahapan
dapat dideskripsikan sebagaimana uraian berikut :
a.
Tahap
Pembiasaan : Membaca Al Qur’an selama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai,
membaca buku senyap diluar mapel / fiksi selama 15 menit dan peserta didik
membuat jurnal setelah membaca senyap selesai, Readathon (membaca senyap
selama 42 menit secara massal yang melibatkan keikutsertaan guru, peserta didik
non peserta West Java Leader’s Reading
Challange (WJLRC) dan warga sekolah lainnya.
b.
Tahap
Pengembangan : Kelompok peserta didik yang mengikuti tantangan membaca dari
Gubernur Jawa Barat West Java
Leader’s Reading Challange (WJLRC), tantangan membaca dari
kepala sekolah SMPN 1 Cihampelas untuk mendukung program Literasi di Sekolah Headmaster Reading Challange (HRC),
pembuatan Pohon Geulis (Gerakan untuk Literasi Sekolah), yaitu pohon literasi
di dinding kelas atau sekolah dimana dedaunan atau bunganya ditulisi nama
peserta didik, judul buku yang telah dibaca, pengarang, penerbit, dan jumlah
halaman dari buku yang telah dieksplor. Pohon Geulis dikelola oleh peserta
didik dan wali kelas, pembuatan majalah dinding dan majalah CAMPERNIK yang
ditangani Tim CAMPERNIK, dokter buku, arisan buku, kunjungan ke
percetakan,perpustakaan, tempat yang menginsipirasi untuk literasi, serta
pembuatan Blog CAMPERNIK.
c.
Tahap
Pembelajaran : untuk memperkuat pemahaman peserta didik tentang materi yang
sedang dipelajari, guru memberikan waktu untuk menggali informasi dari berbagai
sumber bacaan.
Semoga apa yang kita usahakan dan harapkan tentang budaya baca akan
menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi kebutuhan
utama/primer. Peserta didik kita dapat
berkompetisi dalam skala lokal, nasional, regional, maupun internasional. Pada
puncaknya terwujud generasi emas yang mengharumkan nama bangsa dan mendorong
Indonesia menjadi negara maju/developed
country yang beretika dan beradab yang diperhitungkan dalam tataran global.
Salam CAMPERNIK! Salam Literasi! Bravo USAID Prioritas!
Komentar
Posting Komentar